Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

21 Agustus 2010

Perempuan Itu Bernama Enong

Seperti novel-novel sebelumnya, karya Andrea Hirata berisi tentang kisah-kisah yang inspiratif, sederahan dan menggelitik. Kisah perjuaangan hidup dan kegigihan seorang insan manusia yang dituangkan secara ringan tetapi mengandung makna yang begitu menyentuh. Dengan gaya penyampaian yang khas seolah menjadi ciri tersendiri bagi novelis kelahiran Belitung ini. Bagaimana cara menertawakan kepedihan, memarodikan tragedi tampaknya menjadi keahliannya. Andrea Hirata merupakan salah satu Novelis yang sukses.

Berbeda dengan karya sebelumnya Tetralogi Laskar Pelangi yang terpisah, Dwilogi Padang Bulan menyatu dalam sebuah buku dengan desain yang unik. Sekuel pertama di salah satu sisinya, kemudian sekuel kedua terbalik di sisi lainnya.

Novel Dwilogi Padang Bulan ini, menceritakan bagaimana kisah seorang perempuan kecil berusia 14 tahun bernama Enong. Enong adalah panggilan sayang yang di berikan untuk anak perempuan yang bernama asli Maryamah. Anak sulung yang terpaksa berhenti sekolah dan mengambil alih seluruh tanggung jawab keluarga, setelah ditinggal mati Ayahnya. Ia terpaksa meninggalkan Kegemarannya terhadap pelajaran bahasa Inggris dan mulai bekerja. Mendulang Timah, seperti kebanyakan laki-laki dewasa di Belitung. Enong lah yang kemudian menjadi perempuan pertama yang bekerja mendulang timah. Sacrifice, Honesty, Freedom, kata-kata bahasa inggris yang di dapatkannya waktu kelas 6 SD, seolah menjadi inspirasi dan sumber kekuatannya.

Jika kisah Enong syarat dengan pergolakan nasib dan keberanian dalam menjalani hidup. Disisi lain ada kisah lelaki yang berantakan karena tragedi cinta pertamanya, menjadi salah satu kelucuan tersendiri dalam alur ini. Tokoh-tokoh lain seperti Detektif M.Nur dan Grand Master Ninochka Stronovsky menambah alur menjadi sangat menggelitik.

Kemudian sekuel yang kedua Cinta di Dalam Gelas masih menceritakan Enong gadis kecil yang kini sudah dewasa. Dalam kisah ini di ceritakan bagaimana kebiasaan-kebiasaan unik orang melayu. Seperti bermain catur dan duduk-duduk di warung kopi selama berjam-jam. Namun lebih dari itu, ternyata disana tergali makna sosial kultural masyarakat melayu kampung yang sangat kental. Yang menarik adalah bagaimana perempuan bernama Maryamah menegakkan martabatnya diantara kultur dominasi laki-laki. Hanya karena perempuan, bermain catur pun menjadi perdebatan yang sengit antara tokoh masyarakat di kampung itu. Kisah perjuangan hidupnya yang tak pernah pantang menyerah menjadi Inti dari alur ini. Penderitaannya sejak kecil, nampaknya telah membentuk Maryamah menjadi pribadi yang kuat dan berhasil mengangkat martabatnya setinggi mungkin. Detektif M.Nur dan Grand Master Ninochka Stronovsky juga masih terlibat dalam sekuel kedua ini.

Secara umum, novel ini tergolong menarik dari tampilan cover maupaun isinya. Isu-isu seperti pendidikan dan realitas sosial masyarakat kelas bawah berlatar belakang kultur melayu, tampaknya menjadi sesuatu yang penting untuk terus di gali. Tidak berlebihan rasanya jika novel ini masuk dalam daftar buku yang layak di miliki sebagai koleksi pribadi dan dijadikan salah satu bacaan penting. Novel inspiratif seperti ini memang patut untuk di apresiasi. Salah satu kelebihan dari Novel Andrea Hirata ialah berhasil menuangkan sebuah Intrik sosial kedalam alur yang mengalir secara apik tanpa menghilangkan Inti dari pokok permasalahan. Sehingga novel ini terasa ringan tapi penuh makna tersirat di dalamnya. Karena cara penuturan dan pemilihan kosakata yang menarik itulah, novel ini bisa di baca oleh semua kalangan, baik anak-anak, remaja dan orang tua. Bahkan termasuk orang yang awam sekalipun.

Resensator: Mas fiq Muhammad