Jum’at (14/11/08), ketika dalam perjalanan menuju ke magelang. Di jalan purworejo - magelang, ada peristiwa menggelikan sekaligus menjengkelkan. Tiba-tiba dikejar 4 orang mengendarai 2 sepeda motor Jupiter MX ber plat nomor AA 4397 NA dan Mio Soul AA 4876 QK. Keempat orang tersebut berpenampilan layaknya preman yang siap hajar. Ketika sampai di dekat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Salaman, mereka menghentikan saya di tengah jalan. Sebelumnya memang saya merasa di buntuti dan mereka sempat memberi kode agar saya berhenti. Tapi tidak ambil pusing saya langsung tancap gas kencang-kencang.
Setelah terjadi kejar-kejaran sebentar, akhirnya tersusul juga. Mereka menghentikan sepeda motor yang saya kendarai. Tanpa basa-basi mereka langsung bertanya sambil merampas kunci motor saya: “kenapa kok lari?”katanya. Dengan tanpa beban saya jawab:”terburu-buru kok mas”. Kemudian mereka bertanya lagi dengan tampang lebih garang: ”darimana kamu dapatkan motor ini?”. Saya jawab lagi:”ya beli mas”. Terus teman mereka yang satu lagi ikut bertanya, lebih garang dari sebelumnya:”kamu jangan macam-macam ya…!”. Saya yang waktu itu memang sendirian, merasa terancam dengan keempat orang tersebut. Tapi karena saya merasa tidak bersalah, kemudian balik bertanya pada mereka dengan nada yang agak tinggi pula:”Ada apa ini..! kalau bertanya itu secara baik-baik donk,jangan seperti itu. Tanya kok sambil maksa pake ngancam lagi..!”.
Sebenarnya saya sempat merasa sedikit takut juga. Jika dibandingkan tubuh saya yang biasa-biasa saja melawan mereka yang rata-rata bertubuh kekar dan dengan memasang tampang garang , jelas tidak seimbang. Sedangkan saya cuma sendiri. Tidak sampai disitu, mereka terus menginterogasi saya tentang asal-usul motor yang saya pakai, saya jawab apa adanya:”saya dulu beli dengan harga Rp.12.750.000” dan atas nama saya sendiri”. Tapi mereka tetap ngotot dan merampas Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) yang saya bawa. Dengan cara seperti itu, saya merasa tidak terima. Saya merasa terancam, dan kemudian dengan mempertimbangkan segala resiko yang nantinya akan terjadi saya memberanikan diri balik menggertak mereka. “Kalian jangan macam-macam ya…,seenaknya sendiri mencegat dan mengancam orang di jalan..!”
Kemudian salah seoarang diantara mereka menelfon seseorang dan memberikan keterangan tentang ciri-ciri serta plat nomor motor yang saya pakai. Ternyata mereka adalah preman bayaran dari sebuah perusahaan pembiayaan di magelang. Katanya, mereka sedang melakukan operasi pasar mencari motor yang menunggak cicilan pembayaran. Kontan saja saya semakin geram dengan perbuatan mereka. Para preman tersebut memburu Motor yang berplat Nomor AA 4819 FK, sedangkan sepeda motor saya berplat Nomor AA 4819 EK. Hampir mirip memang,tapi jelas sangat berbeda.
Peristiwa seperti itu memang tidak sekali ini saya alami. Sebelumnya juga pernah terjadi peristiwa serupa ditempat yang hampir sama pula. Dengan cara-cara layaknya preman, waktu itu juga saya pernah dicegat dua orang dengan mengendarai satu motor. Mereka juga menanyakan alamat serta asal-usul sepeda motor yang saya pakai. Saya yang waktu itu juga sendirian, sempat beradu mulut dengan kedua orang tersebut. Mungkin kemarin sepeda motor yang di buru belum di temukan, sehingga perusahaan pembiayaan menyewa preman lagi untuk memburunya.
Hal menggelikan sekaligus menjengkelkan menurut saya. Enam orang preman, dari satu perusahaan pembiayaan memburu sepeda motor yang sama. Lebih menggelikan lagi plat nomor kendaraan yang sedang mereka cari mirip dengan plat nomor kendaraan yang saya kendarai. Menjengkelkan, karena sudah jelas-jelas mereka salah tangkap tapi masih juga menebar ancaman.
Tapi yang jelas cara-cara premanisme seperti itu membuat masyarakat seperti saya resah dan merasa tidak aman di jalan. Hendaknya ini jadi pelajaran bagi kita, ternyata dilingkungan sekitar kita masih ada hal-hal yang seperti itu.
(rfq-skpfm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar