03 November 2011
Belajar Kenali Lingkungan, Siswa di Ajari Berkebun
Sore itu pemandangan sedikit berbeda di lingkungan SMP Muhammadiyah Sambak. Biasanya siswa melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler sore antara lain pramuka, siaran radio, seni musik dan lain-lain. Namun, sore itu tak seperti biasanya. Siswa berangkat dari rumah dengan membawa peralatan layaknya orang berkebun seperti, cangkul, ember, sekop dan lain-lain. Bukan untuk mencangkul halaman sekolah, bukan pula kerja bhakti membersihkan rumput. Peralatan yang dibawa siswa adalah untuk kegiatan life skill berkebun menanam bibit terong, tomat dan cabai di polibag.
Dimulai dari menyiapkan media tanam, yakni tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dan sedikit merang dari sisa penggilingan padi. Kemudian tanah yang sudah tercampur tersebut di masukkan ke dalam polibag berukuran sedang. Setelah itu, di biarkan 1-2 hari baru kemudian ditanami bibit yang di inginkan. Terlihat antusisme dari anak-anak dalam kegiatan ini, kendati tidak sedikit pula yang merasa jijik karena harus berkotor-kotor dengan pupuk kandang dan tanah.
Dimulai dari menyiapkan media tanam, yakni tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dan sedikit merang dari sisa penggilingan padi. Kemudian tanah yang sudah tercampur tersebut di masukkan ke dalam polibag berukuran sedang. Setelah itu, di biarkan 1-2 hari baru kemudian ditanami bibit yang di inginkan. Terlihat antusisme dari anak-anak dalam kegiatan ini, kendati tidak sedikit pula yang merasa jijik karena harus berkotor-kotor dengan pupuk kandang dan tanah.
02 November 2011
Mahasiswi Ubaya Racik Kopi Jadi Minuman Pro-Biotik
Mahasiswi Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya (Ubaya), Cecilia Hariyanto, menemukan racikan kopi arabika dengan jamur 'kombucha coffe' menjadi minuman kesehatan yakni kopi pro-biotik yang bermanfaat untuk kesehatan.
"Racikan itu bermanfaat, karena ada kandungan asam asetat, asamalat, asam oksidan, dan asam amino yang penting untuk kesehatan tubuh. Racikan 'kombucha coffe' itu belum ada, tapi kalau 'kombucha tea' sudah ada," katanya di Surabaya, Kamis (27/10).
Didampingi Wakil Dekan Fakultas Teknobiologi Ubaya, Tjie Kok MS Apt, yang juga penguji, mahasiswi program studi biologi yang meraih nilai A untuk karya tugas akhir (TA) itu, menjelaskan asam asetat bermanfaat untuk menghambat bakteri di dalam tubuh.
"Untuk asamalat bermanfaat sebagai detoksifikasi atau antiracun, asam oksidan bermanfaat untuk mendukung sel dalam memproduksi energi, dan asam amino berfungsi sebagai antibodi yang memperbaiki jaringan tubuh. Kandungan asam oksidan kopi juga lebih besar yakni 28 persen, sedangkan teh hanya 23 persen," paparnya.
"Racikan itu bermanfaat, karena ada kandungan asam asetat, asamalat, asam oksidan, dan asam amino yang penting untuk kesehatan tubuh. Racikan 'kombucha coffe' itu belum ada, tapi kalau 'kombucha tea' sudah ada," katanya di Surabaya, Kamis (27/10).
Didampingi Wakil Dekan Fakultas Teknobiologi Ubaya, Tjie Kok MS Apt, yang juga penguji, mahasiswi program studi biologi yang meraih nilai A untuk karya tugas akhir (TA) itu, menjelaskan asam asetat bermanfaat untuk menghambat bakteri di dalam tubuh.
"Untuk asamalat bermanfaat sebagai detoksifikasi atau antiracun, asam oksidan bermanfaat untuk mendukung sel dalam memproduksi energi, dan asam amino berfungsi sebagai antibodi yang memperbaiki jaringan tubuh. Kandungan asam oksidan kopi juga lebih besar yakni 28 persen, sedangkan teh hanya 23 persen," paparnya.
Hasil Riset: Gerakan Shalat yang Benar, Ternyata Menyehatkan
Ibadah shalat, pada hakekatnya terdiri dari tiga unsur. Yakni, gerakan shalat, bacaan doa, dan kekhusyukan hati menjalankan ibadah shalat yang ditandai pemahaman arti doa atau ayat suci yang diucapkan. Ketiga unsur tersebut, menjadi satu rangkaian yang tak bisa dipisahkan dalam menjalankan ibadah shalat.
Namun dari ketiga unsur yang terdapat dalam shalat tersebut, unsur gerakan ternyata tak hanya memiliki makna sebagai gerakan ibadah. Staf pengajar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dr Sagiran Mkes SpB, telah melakukan serangkaian penelitian mengenai masalah gerakan shalat. Hasilnya, ternyata setiap tahapan yang berlangsung dalam ibadah shalat, memberi manfaat kesehatan bagi orang yang melaksanakannya.
''Tapi tentunya bila setiap tahapan gerakan ibadah shalat yang dilaksanakan, sesuai dengan tuntunannya. Kalau tidak sesuai, saya tidak tahu apakah ada manfaatnya atau tidak, karena saya tidak meneliti gerakan shalat yang tidak sesuai dengan tuntunan,'' kata penulis buku ' Mukjizat Gerakan Shalat', saat tampil sebagai pembicara seminar di Masjid Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Purwokerto, Ahad (7/8).
Namun dari ketiga unsur yang terdapat dalam shalat tersebut, unsur gerakan ternyata tak hanya memiliki makna sebagai gerakan ibadah. Staf pengajar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dr Sagiran Mkes SpB, telah melakukan serangkaian penelitian mengenai masalah gerakan shalat. Hasilnya, ternyata setiap tahapan yang berlangsung dalam ibadah shalat, memberi manfaat kesehatan bagi orang yang melaksanakannya.
''Tapi tentunya bila setiap tahapan gerakan ibadah shalat yang dilaksanakan, sesuai dengan tuntunannya. Kalau tidak sesuai, saya tidak tahu apakah ada manfaatnya atau tidak, karena saya tidak meneliti gerakan shalat yang tidak sesuai dengan tuntunan,'' kata penulis buku ' Mukjizat Gerakan Shalat', saat tampil sebagai pembicara seminar di Masjid Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Purwokerto, Ahad (7/8).
Sepenggal Kisah, Mengenang Satu Tahun Erupsi Merapi
Selasa, (26/10/2010), Merapi mulai menunjukkan peningkatan aktifitas erupsinya. Abu vulkanik mulai turun menyelimuti daerah disekitar lereng gunung Merapi. Beberapa relawan mulai merapat di Posko Jalin Merapi dukun, Magelang. Relawan yang terdiri dari Mahasiswa, pegiat Radio Komunitas, warga, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berbaur menjadi satu. Para relawan berbagi peran, ada yang turun langsung ke pos-pos pengungsian mendata kebutuhan dan jumlah pengungsi, ada pula yang stanby di posko mencatat informasi dari lapangan.
Setelah itu, segala informasi yang terkumpul langsung di share melalui berbagai media antara lain twitter, facebook, website, Handy Talky (HT) dan lain-lain. Bantuan pun mulai berdatangan dari berbagai pihak, mulai dari selimut, pakaian, peralatan mandi, sampai makanan ringan. Setelah di data dan di cek dengan kebutuhan dilapangan, seketika itu juga langsung di distribusikan ke pos-pos pengungsian yang membutuhkan.
Setelah itu, segala informasi yang terkumpul langsung di share melalui berbagai media antara lain twitter, facebook, website, Handy Talky (HT) dan lain-lain. Bantuan pun mulai berdatangan dari berbagai pihak, mulai dari selimut, pakaian, peralatan mandi, sampai makanan ringan. Setelah di data dan di cek dengan kebutuhan dilapangan, seketika itu juga langsung di distribusikan ke pos-pos pengungsian yang membutuhkan.
Orang yang Bahagia Punya Peluang Hidup Lebih Lama
Berbahagialah dalam hidup yang singkat ini. Begitu sering ungkapan itu terdengar. Nyatanya memang orang yang merasa berbahagia meski kondisinya biasa saja punya peluang hidup yang lebih lama.
Studi di Inggris mengungkapkan orangtua yang mengatakan hidupnya bahagia bahkan hanya untuk sementara waktu, memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk meninggal selama periode 5 tahun.
Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua yang merasa bahagia memiliki risiko 35 persen lebih rendah mengalami kematian selama studi daripada mereka yang paling bahagia.
Studi tersebut telah diikuti lebih dari 3.850 orang di Inggris yang berusia 52-79 tahun dan dilakukan selama 5 tahun. Studi tersebut termasuk studi terpanjang di Inggris yang meneliti mengenai penuaan.
"Kebahagiaan sesaat mungkin berhubungan dengan proses biologis atau faktor-faktor perilaku lain yang dapat menjelaskan kemungkinan kelangsungan hidup meningkat. Bagaimanapun hasil studi tersebut menekankan pentingnya kesejahteraan emosional bagi orangtua," kata peneliti studi Andrew Steptoe, direktur Division of Population Health at University College London seperti dilansir dari MSNHealth, Selasa (1/11/2011).
Para peneliti berpikir mengenai kebahagiaan yang memiliki hubungan dengan kesehatan. Namun tantangannya adalah mencari tahu mekanisme tertentu yang bekerja. Apakah penyakit akan membuat seseorang merasa kurang bahagia. Atau apakah kebahagiaan melindungi orang terhadap suatu penyakit.
"Penelitian tersebut mengamati tentang kedua kemungkinan tersebut," kata Steptoe.
Para peneliti mengakui beberapa keterbatasan studi mereka. Bahwa studi tersebut tidak memandang kematian secara keseluruhan dan tidak mengamati penyebab kematian spesifik seperti kanker. Para peneliti juga tidak menilai faktor-faktor risiko individu seperti obesitas.
"Meskipun studi tersebut tidak membuktikan kebahagiaan yang mengarah pada umur yang lebih panjang, namun dapat diketahui bahwa dengan meningkatkan emosi positif dalam kehidupan sehari-hari, mungkin dapat mempunyai efek positif terhadap umur yang lebih panjang," kata Sonja Lyubomirsky, seorang profesor psikologi dari University of California, Riverside. Hasil studi tersebut telah dilaporkan dalam Prosiding National Academy of Sciences. (Sumber:http://www.detikhealth.com)
Studi di Inggris mengungkapkan orangtua yang mengatakan hidupnya bahagia bahkan hanya untuk sementara waktu, memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk meninggal selama periode 5 tahun.
Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua yang merasa bahagia memiliki risiko 35 persen lebih rendah mengalami kematian selama studi daripada mereka yang paling bahagia.
Studi tersebut telah diikuti lebih dari 3.850 orang di Inggris yang berusia 52-79 tahun dan dilakukan selama 5 tahun. Studi tersebut termasuk studi terpanjang di Inggris yang meneliti mengenai penuaan.
"Kebahagiaan sesaat mungkin berhubungan dengan proses biologis atau faktor-faktor perilaku lain yang dapat menjelaskan kemungkinan kelangsungan hidup meningkat. Bagaimanapun hasil studi tersebut menekankan pentingnya kesejahteraan emosional bagi orangtua," kata peneliti studi Andrew Steptoe, direktur Division of Population Health at University College London seperti dilansir dari MSNHealth, Selasa (1/11/2011).
Para peneliti berpikir mengenai kebahagiaan yang memiliki hubungan dengan kesehatan. Namun tantangannya adalah mencari tahu mekanisme tertentu yang bekerja. Apakah penyakit akan membuat seseorang merasa kurang bahagia. Atau apakah kebahagiaan melindungi orang terhadap suatu penyakit.
"Penelitian tersebut mengamati tentang kedua kemungkinan tersebut," kata Steptoe.
Para peneliti mengakui beberapa keterbatasan studi mereka. Bahwa studi tersebut tidak memandang kematian secara keseluruhan dan tidak mengamati penyebab kematian spesifik seperti kanker. Para peneliti juga tidak menilai faktor-faktor risiko individu seperti obesitas.
"Meskipun studi tersebut tidak membuktikan kebahagiaan yang mengarah pada umur yang lebih panjang, namun dapat diketahui bahwa dengan meningkatkan emosi positif dalam kehidupan sehari-hari, mungkin dapat mempunyai efek positif terhadap umur yang lebih panjang," kata Sonja Lyubomirsky, seorang profesor psikologi dari University of California, Riverside. Hasil studi tersebut telah dilaporkan dalam Prosiding National Academy of Sciences. (Sumber:http://www.detikhealth.com)
Langganan:
Postingan (Atom)